Kamis, 08 Oktober 2015

FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN ILMIAH

BAB I
FILSAFAH DAN ILMU PENGETAHUAN



1.1      Pengertian Filsafat dan Ilmu Pengetahuan         
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. 
Pengertian filsafat menurut para tokoh :
1.   Pengertian filsafat menurut  Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan 
2.     Menurut Plato ( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada 
3.     Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda. 
4.     Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM)  mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya. 
5.     Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan  menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya. 

Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui, memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu (Kamus Bahasa Indonesia, 1998).
         Menurut Mulyadhi Kartanegara ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan science menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas Ilpada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika. Berikut ini pengertian ilmu menurut Ensiklopedia Indonesia:
         “Ilmu adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing sesuatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan. Suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.”
Menurut Prof. DR. Mohammad Hatta tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari dalam.
Sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan hidup manusia, dan semakin berkembangnya kehidupan modern maka semakin terasalah kebutuhan untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi manusia. Dalam keadaan yang demikian, lahirlah apa yang disebut ilmu-ilmu pengetahuan khusus. Momentum pemisahan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan khusus itu bermula disekitar Abad Pertengahan, pada saat lahirnya Zaman Renaissance (misalnya Ilmu Fisika dan Ilmu Matematika). Sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya pengertian ilmu adalah sebagai berikut:
Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu mengacu pada ilmu seumumnya. Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus.

1.2        Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup  seluruh  bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai  obyek material dan formal yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh  realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus  terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif).

1.3       Manusia dan Ilmu Pengetahuan
Kemajuan yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini serta keberhasilan menerapkan pandangan-padangan dan temuan-temuannya, bukan hanya memperluas cakrawala dan memperdalam kepemahaman manusia mengenai alam semesta, tetapi juga telah meningkatkan kemampuan kontrol manusia atas daya-daya alam bahkan atas kesadaran manusia lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan telah memberikan kepada manusia kekuasaan yang semakin besar atas realitas. Sekalipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi membawa juga bersamanya berbagai problem baru yang memprihatinkan yang menuntut kehendak sungguh-sungguh untuk menyelesaikannya, serta seringkali tidak dapat ditunda. Dalam keadaan demikian orang cenderung kembali mencari jawaban atas problem yang dihadapinya di dalam ilmu pengetahuan lagi. Sesuatu yang wajar dan alamiah. Kedahsyatan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia membawa kecenderungan berpikir bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menyelesaikan segala-galanya.
Padahal terlalu sering terjadi bahwa problem yang ditimbulkan oleh penerapan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan manusia sehari-hari bukanlah problem-problem teknis ilmiah, melainkan problem yang mempunyai kandungan moral. Pengalaman menunjukkan bahwa manusia cenderung terlambat dalam hal ini. Hampir selalu isu moral yang sesungguhnya melekat ke penerapan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi baru disadari setelah ada dampak yang buruk terhadap kehidupan. Apa yang terjadi di dunia sekitar kita sekarang ini menunjukkan sebuah kenyataan menarik namun sekaligus memprihatinkan. Masyarakat secara umum mengambil bagian dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi secara serentak juga tidak ikut serta. Hubungan sebagian besar masyarakat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hubungan anonim. Bahkan jika proses penemuan, penerapan, dan perkembangan berbagai temuan ilmu pengetahuan dicermati secara mendalam, hubungan lanjut seorang ilmuwan dengan temuannya pun anonim.
Masyarakat hidup dari, dengan, dan melalui hasil-hasil ilmu pengetahuan, tetapi ada sebuah jurang yang dalam sekali antara apa yang secara teoretis dimengerti oleh masyarakat dapat diharapkan, dan apa yang sungguh-sungguh tertera dalam perwujudannya. Dalam keadaan seperti ini sukar sekali menjawab pertanyaan yang terkait dengan tanggung jawab dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan memanfaatkan teknologi.

1.4       Kelahiran Ilmu Pengetahuan Modern
Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologis perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini. Ilmu pengetahuan selama masa modern sangat mempengaruhi dan mengubah manusia dan dunianya.terjadilah revolusi I (dengan pemakaian mesin-mesin mekanis), lalu revolusi II (dengan pemakaian listrik dan titik awal pemakaian sinar-sinar), dan kemudian revolusi III yang ditandai dengan penggunaan komputer yang sedang kita saksikan dewasa ini.Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya, muncul semacam kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.



BAB II
PENELITIAN DAN ILMU PENGETAHUAN

2.1      Pengertian Penelitian Ilmiah
Penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena. Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistimatis yang digunakan untuk melakukan penelitian.
Penelitian ilmiah juga menjadi salah satu cara untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Adanya penelitian ilmiah membuat ilmu berkembang, karena hipotesis-hipotesis yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali mengalami retroduksi.
Penelitian Ilmiah Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Terdapat dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
1.        Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti
2.       Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain;
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah sebagai berikut :
1.      Purposiveness, fokus tujuan yang jelas.
2.      Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan desain metodologi yang baik.
3.      Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas.
4.      Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis.
5.      Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional.
6.      Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
7.      Precision, Mendekati realitas danconfidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat.
8.      Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.

2.2       Hubungan Penelitian dengan Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan pada hakekatnya meliputi semua yang diketahui tentang sesuatu obyek atau sesuatu keadaan tertentu. Pengetahuan meliputiknowledge dan  science, serta seni dan teknologi. Pengetahuan akan menjadi ilmu pengetahuan bila pengetahuan itu benar dan pengetahuan tersebut mempunyai penjelasan. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dilakukan melalui kegiatan penelitian. Sudah berabad-abad lamanya para ahli maupun ilmuwan mengakui bahwa penelitian sebagai dasar yang tepat untuk mencapai kebenaran ilmiah. Dasar untuk melakukan suatu kegiatan tertentu adalah ilmu pengetahuan.Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan cenderung akan memiliki otoritas untuk melakukan sesuatu secara professional berdasarkan disiplin ilmunya dan hal tersebut menjadi sarana yang efektif bagi seorang calon sarjana untuk melakukan penelitian, karena mereka memahami langkah-langkah dan metode-metode yang tepat dalam kegiatan penelitian ilmiahdi lapangan. Mereka yang memahami dan mengetahui tentang penelitian akan terdorong untuk giat dalam belajar maupun mempelajari disiplin ilmunya, karena mereka tahu bahwa disiplinilmu yang dipelajarinya harus ditindaklanjuti dengan kegiatan penelitian secara empiris di lapangan.
Komaruddin (1985: 39– 40) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang memberikan pemahaman dan informasi tentang gejala-gejala alam dan sosial. Ilmu menjawab pertanyaan "mengapa" terjadi hubungan kausal sebab-akibat), secara sistematis berdasarkan metodologi.
Bahm (1980) menyebutkan bahwa suatu ilmu harus memenuhi minimal 6 faktor yaitu problem, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan, dan dampak. Tidak semua problem bisa dikatakan ilmiah. Harus memenuhi 3 syarat, yaitu communicability, sikap ilmiah, dan metode ilmiah. Suatu problem yangcommunicable dan diperlakukan dengan sikap ilmiah dengan metode ilmiah sudah pantas dikatakan sebagai problem yang ilmiah. Sehingga perlu adanya dilakukan suatu metode ilmiah atau penelitian unuk membuktikan suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Metode ilmiah atau penelitian yang dimaksud adalah suatu kegiatan untuk mencari mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusuan laporan penelitian. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa metode ilmiah atau penelitian untuk membuktikan suatu pengetahuan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan/ mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah. Cara penelitian yang dimaksud meliputi kegiatan : (1) mencari, (2) mencatat, (3) merumuskan, (4) menganalisis, dan (5) menyusun laporannya. Penelitian atau riset adalah hal yang tidak terpisahkan dalam dunia perguruan tinggi. Begitu beragam definisi tentang penelitian, untuk memudahkan maka yang umum dirujuk adalah bahwa penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang terorganisasi, sistematik,dan merupakan proses logis untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukandengan menggunakan informasi empiris yang dikumpulkan guna keperluan itu. Secara umum, berdasar konsep- konsep yang “salah” tentang penelitian, maka perlu digaris bawahi empat pengertian sebagai berikut:
1.        Penelitian bukan hanya mengumpulkan informasi (data)
2.        Penelitian bukan hanya memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain
3.        Penelitian bukan hanya membongkar-bongkar mencari informasi
4.        Penelitian bukan suatu kata besar untuk menarik perhatian.
Dapat dikatakan bahwa hubungan penelitian dan ilmu pengetahuan yaitu, penelitian yang dilakukan adalah proses untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan adalah hasil dari sebuah proses penelitian yang dilakukan berdasarkan metode ilmiah.

2.3       Langkah-langkah Penelitian Ilmiah
Hakikat ilmu pengetahuan yaitu mencari “kebenaran ilmiah” adalah juga menjadi hakikat penelitian ilmiah. Hal ini menyebabkan semua penelitian tidak dapat melepaskan diri dari dasar falsafah ilmu pengetahuan.
1.        Mengidentifikasi, memilih dan merumuskan masalah
         Mencari masalah yang paling relavan dan menarik untuk diteliti. Masalah dapat dicari melalui pancaindera yaitu pengamatan, pendengaran, penglihatan, perasaan dan penciuman. Sumber masalah dapat diperoleh dari bacaan yang berisi laporan penelitian, seminar, pernyataan pemegang otoritas, pengamatan sepintas, pengalaman pribadai dan perasaan intuitif. Dalam mengidentifikasi masalah biasanya dijumpai lebih dari satu masalah dan tidak semua masalah layak diteliti. Oleh sebab itu perlu diadakan pembatasan masalah. Setelah masalah diidentifikasi dan dibatasi, selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam kalimat tanya.
2.        Penyusunan kerangka pemikiran
         Konstruksi berpikir yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun. Cari teori dan konsep yang relavan untuk dijadikan landasan teoritis dalam penelitian.
3.        Perumusan hipotesa
     Jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang jawabannya harus diuji. Hipotesis dirangkum dari kerangka kesimpulan teoritis.
4.        Menguji hipotesis secara empiris
       Untuk membuktikan apakah teori-teori tersebut teruji secara menyakinkan atau tidak berdasarkan hasil uji fakta-fakta secara empirik.